Bismillah,
akhirnya seri terakhir dari triogi film merah putih di luncurkan juga. saya pun memilih untuk menontonnya. ada 3hal yang membuat saya ingin menonton film ini. pertama, saya telah mengikuti seri-seri sebelumnya. kedua, saya suka film tentang perang. ketiga, saat ini saya benar-benar butuh hiburan ditengah-tengah gigitan tugas akhir.
berusaha mencari ibroh dari setiap apa yang saya tonton. itu yang saya pikirkan setiap saya merencanakan menonton agar tidak ada yang sia-sia dari setiap yang saya lakukan. dan saya pun merangkum beberapa point dari film ini.
dipembukaan film kita sudah disuguhi kisah rela berkorbannya pahlawan cilik bernama Budi. ketika ia tertangkap sedang memata-matai Belanda, ia ketahuan. sang kapten yang memantau dari jauh harus mengambil keputusan untuk menembak. Budi pun mengiyakan. resiko terbesar adalah Budi tertembak, tapi Budi tau betul makna pengorbanan dalam sebuah pencapaian misi. dan Budi pu tertembak. gugur. selanjutnya ketika sang kapten (Lukman Sardi) dan timnya di beri misi untuk membunuh kolonel Belanda. Amir (kapten) dengan tegas mengatakan "kami tentara bukan pembunuh". berperang memang tugas tentara. tujuannya untuk meraih kemerdekaan. tapi jika dalam perjalanan tugasnya harus ada yang dibunuh ya memang seperti itulah realitanya. tetapi bukan langsung tertarget pada pembunuhan. dan ketika akhirnya Amir memilih untuk meletakkan pangkat kaptennya dan pulang kerumah, tentu saja sang istri bahagia apa lagi ia sedang hamil tua. naluri manusia biasa adalah ingin ditemani suami saat melahirkan. tapi ia menyadari suaminya mungkin memang terlahir untuk menjadi tentara. akhirnya iapun menyuruh suaminya untuk menyusul rekan-rekannya yang sudah dalam perjalanan menuju misinya. disini bisa kita lihat kerelaan meninggalkan "nikmat dunia" demi kepentingan orang banyak. mungkin kita pernah mendengar kisah sahabat yang tidak mengikuti perang uhud. atau kisah Hanzhalah radhiyallahu anhu yang jenazahnya dimandikan oleh malaikat karena syahid masih dalam keadaan junub. semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah mereka.
selanjutnya, ketika konflik demi konflik mewarnai tim kecil ini mereka tetap merasakan bahwa mereka masih membutuhkan jama'ah, karenanya mereka masih tetap solid. kemudian tentang strategi. ini juga penting. dan digambarkan pada film ini betapa pentingnya strategi. setelah perang demi perang terjadi. akhirnya sang target yang harus dibunuh pun sudah di depan mata. dan Thomas yang memiliki dendam karena kolonel tersebut telah membunuh keluarganya paling berantusias untuk menuntaskan misi ini. membunuh sang kolonel.
terjadi gejolak batin sang prajurit bahwa mereka adalah tentara bukan pembunuh. ketika Amir (kapten) memanggil namanya untuk berusaha menenangkan Thomas. akhirnya Thomas melepaskan keinginan untuk membunuh kolonel tersebut. karena kolonel itu juga tidak akan bisa melawan karena sudah terluka dan tidak memiliki senjata.
di akhir inilah terlihat makna dari judul film ini "Hati Merdeka". untuk meraih kemerdekaan hati bukanlah dengan cara membalas dendam atas kejahatan yang telah orang lain perbuat ke kita. tapi kemerdekaan hati yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa mengendalikan emosi atau menguasai hati kita untuk kita tata dengan baik. itulah kemenangan hati yang abadi.
film ditutup dengan kutipan kalam illahi, "dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia" (QS. Fussilat:34)
semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki hati yang merdeka. tidak ada dendam. iri. dengki. dan segala penyakit hati lainnya. semoga kita temasuk orang-orang yang mendapatkan sinaran cahaya dari-Nya. Allahumma aamiin. (MaTa)
Wallahualam bishawab
Tulisan ini merupakan cerita dari blog Mata_Hati
0 komentar:
Posting Komentar